Selasa, 12 Desember 2017

Apakah Yesus lahir tanggal 25 Desember?

Apakah Yesus lahir tanggal 25 Desember?

Ada banyak orang mempertanyakan, apakah benar Tuhan Yesus Kristus lahir di dunia tanggal 25 Desember? Sejumlah orang kemudian membuat banyak teori, yang seolah-olah ingin menunjukkan bahwa hari raya Natal di tanggal 25 Desember berasal dari kebiasaan kafir. Apakah benar demikian?
Keberatan dan tanggapan tentang perayaan Natal 25 Desember
Berikut ini adalah penjelasan yang kami sarikan dari buku karangan Taylor Marshall, The Eternal City: Rome and Origins of Catholic Christianity, ((Link:  http://taylormarshall.com/2012/12/yes-christ-was-really-born-on-december.html)), [teks dalam kurung adalah tambahan dari Katolisitas]:
Gereja Katolik, setidaknya sejak abad kedua, telah mengklaim bahwa Kristus lahir di tanggal 25 Desember. Meskipun demikian, ada banyak pendapat bahwa Tuhan kita Yesus Kristus tidak lahir pada tanggal itu. Berikut ini adalah tiga macam keberatan yang umum terhadap tanggal tersebut, dan  tanggapan atas masing-masing keberatan itu:
Keberatan 1: Tanggal 25 Desember dipilih untuk mengganti festival pagan Romawi, yang dinamakan Saturnalia. Saturnalia adalah festival musim dingin yang populer, sehingga Gereja Katolik dengan bijak menggantikannya dengan perayaan Natal.
Tanggapan atas Keberatan 1: Saturnalia adalah peringatan winter solstice, yaitu titik terjauh matahari dari garis khatulistiwa bumi. Namun demikian titik winter solstice jatuh pada tanggal 22 Desember. Memang benar bahwa perayaan Saturnalia dapat dimulai sejak tanggal 17 Desember sampai 23 Desember. Tetapi dari tanggalnya sendiri, tidak cocok [tidak ada kaitannya dengan tanggal 25 Desember].
Keberatan 2: Tanggal 25 Desember dipilih untuk menggantikan hari libur Romawi, Natalis Solis Invicti, yang artinya, “Kelahiran dari Matahari yang tak Terkalahkan” [atau dikenal sebagai kelahiran dewa matahari]
Tanggapan atas Keberatan 2: Pertama-tama, mari memeriksa kultus Matahari yang tak Terkalahkan. Kaisar Aurelian memperkenalkan kultus Sol Invictus atau Matahari yang tak Terkalahkan di Roma tahun 274. Aurelian mendirikan pergerakan politik dengan kultus ini, sebab namanya sendiri Aurelian, berasal dari kata Latin aurora, yang artinya “matahari terbit”. Uang logam koin masa itu menunjukkan bahwa Kaisar Aurelian menyebut dirinya sendiri sebagai Pontifex Solis atau Pontiff of the Sun (Imam Agung Matahari). Maka Kaisar Aurelian mendirikan kultus matahari itu dan mengidentifikasikan namanya dengan dewa matahari, di akhir abad ke-3.
Yang terpenting, tidak ada bukti historis tentang adanya perayaan Natalis Sol Invictus pada tanggal 25 Desember, sebelum tahun 354. Dalam sebuah manuskrip yang penting di tahun 354, terdapat tulisan bahwa tanggal 25 Desember tertulis, “N INVICTI CM XXX.” Di sini N berarti “nativity/ kelahiran”. INVICTI artinya “Unconquered/ yang tak terkalahkan”. CM artinya, “circenses missusgames ordered/ permainan yang ditentukan/ diperintahkan.” Angka Romawi XXX sama dengan tiga puluh. Maka tulisan tersebut artinya ialah 30 permainan yang ditentukan untuk kelahiran Yang tak terkalahkan, pada tanggal 25 Desember. Perhatikan bahwa di sini kata “matahari” tidak disebutkan. [Maka bagaimana dapat dipastikan bahwa itu mengacu kepada dewa matahari?].  Selanjutnya, naskah kuno tersebut juga menyebutkan, “natus Christus in Betleem Iudeae/ kelahiran Kristus di Betlehem, Yudea” di tanggal 25 Desember itu. ((The Chronographyof AD 354. Part 12: Commemorations of the Martyrs.  MGH Chronica Minora I (1892), pp. 71-2.))
Tanggal 25 Desember baru menjadi hari “Kelahiran Matahari yang tak terkalahkan” sejak pemerintahan  kaisar Julian yang murtad. Kaisar Julian pernah menjadi Kristen, tetapi telah murtad dan kembali ke paganisme Romawi. Sejarah menyatakan bahwa Kaisar Julian itulah yang menentukan hari libur pagan tanggal 25 Desember… Ini menyatakan apa?
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa “Matahari yang tak terkalahkan” bukanlah dewa yang popular di kekaisaran Romawi [sebab sebenarnya bukan dewa, tetapi suatu karakter yang dihubungkan dengan kaisar tertentu.] …Lagi pula, tradisi perayaan pada tanggal 25 Desember tidak ada dalam kalender Romawi sampai setelah Roma menjadi negara Kristen. Kelahiran Sang Matahari yang Tak Terkalahkan adalah sesuatu yang jarang dikenal dan tidak popular. Perayaan Saturnalia yang disebut di atas lebih popular … Sepertinya, lebih mungkin bahwa Kaisar Julian yang murtad itulah yang berusaha untuk memasukkan hari libur pagan, untuk menggantikan perayaan Kristen.
[Tambahan dari Katolisitas:
Maka penghubungan tanggal 25 Desember dengan perayaan agama pagan, itu sejujurnya adalah hipotesa. Silakan Anda klik di Wikipedia, bahwa penghormatan kepada dewa Sol Invictus di kerajaan Romawi, itu dimulai tanggal 274 AD. Maka penghormatan umat Kristen kepada Kristus, Sang Terang Dunia (Yoh 9:5), itu sudah ada lebih dulu daripada penghormatan kepada dewa Sol Invictus/ dewa matahari kerajaan Romawi. Nyatanya memang ada sejumlah orang yang menghubungkan peringatan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember dengan perayaan dewa Sol Invictus itu. Sumber Wikipedia itu sendiri ((Link: https://en.wikipedia.org/wiki/Sol_Invictus#Sol_Invictus_and_Christianity_and_Judaism)) menyatakan bahwa hipotesa ini secara serius layak dipertanyakan. Bukti prasasti di zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan dewa Sol itu jatuh tanggal 19 Desember. Prasasti tersebut juga menyebutkan persembahan kepada dewa Sol itu dilakukan di tanggal 18 November. (Wallraff 2001: 174–177). Bukti ini sendiri menunjukkan adanya variasi tanggal perayaan dewa Sol, dan juga bahwa perayaannya tersebut baru marak dilakukan di abad ke-4 dan 5, jauh setelah zaman Kristus dan para Rasul. Dengan demikian, pandangan yang lebih logis adalah bahwa para kaisar itu yang “mengadopsi” perayaan Natal 25 Desember sebagai perayaan dewa matahari-nya mereka, daripada kita umat Kristen yang mengadopsinya dari mereka.]
Keberatan 3: Kristus tidak mungkin lahir di bulan Desember sebab St. Lukas menjabarkan bahwa para gembala menggembalakan domba-domba di padang Betlehem. Gembala tidak menggembalakan pada saat musim dingin. Maka Kristus tidak mungkin lahir di musim dingin.
Tanggapan terhadap Keberatan 3: Palestina bukan Inggris atau Rusia atau Alaska. Betlehem terletak di lintang 31.7 [dari garis khatulistiwa, lebih dekat sedikit ke khatulistiwa daripada kota Dallas, Texas di Amerika, 32.8]. Adalah masih nyaman untuk berada di luar di bulan Desember di Dallas, [maka demikian juga dengan di Betlehem]. Sebab di Italia, yang terletak di garis lintang yang lebih tinggi dari Betlehem, seseorang masih dapat menggembalakan domba di akhir bulan Desember.
Penentuan kelahiran Kristus berdasarkan Kitab Suci
Penentuan kelahiran Kristus berdasarkan Kitab Suci, terdiri dari 2 langkah. Pertama adalah menentukan kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Langkah berikutnya adalah menggunakan hari kelahiran Yohanes Pembaptis sebagai kunci untuk menentukan hari kelahiran Kristus. Kita dapat menemukan bahwa Kristus lahir di akhir Desember dengan mengamati kali pertama dari tahun itu, yang disebutkan oleh St. Lukas, St. Zakaria melayani di bait Allah. Ini memberikan kepada kita perkiraan tanggal konsepsi St. Yohanes Pembaptis. Dari sini dengan mengikuti kronologis yang diberikan oleh St. Lukas, kita sampai pada akhir Desember sebagai hari kelahiran Yesus.
St. Lukas mengatakan bahwa Zakaria melayani pada ‘rombongan Abia’ (Luk 1:5). Kitab Suci mencatat adanya 8 rombongan di antara 24 rombongan imamat (Neh 12:17). Setiap rombongan imam melayani satu minggu di bait Allah, dua kali setahun. Rombongan Abia melayani di giliran ke-8 dan ke-32 dalam siklus tahunan. Namun bagaimana siklus dimulai?
Josef Heinrich Friedlieb telah dengan meyakinkan menemukan bahwa rombongan imam pertama, Yoyarib, bertugas sepanjang waktu penghancuran Yerusalem pada hari ke-9 pada bulan Yahudi yang disebut bulan Av. ((Josef Heinrich Friedlieb’s Leben J. Christi des Erlösers. Münster, 1887, p. 312.)) Maka masa rombongan imamat Abia (yaitu masa Zakaria bertugas) melayani adalah minggu kedua bulan Yahudi yang disebut Tishri, yaitu minggu yang bertepatan dengan the Day of Atonement, hari ke-10. Di kalender kita, the Day of Atonement dapat jatuh di hari apa saja dari tanggal 22 September sampai dengan 8 Oktober.
Dikatakan dalam Injil bahwa Elisabet mengandung ‘beberapa lama kemudian/ after these days‘ setelah masa pelayanan Zakaria (lih. Luk 1:24). Maka konsepsi St. Yohanes Pembaptis dapat terjadi sekitar akhir September, sehingga menempatkan kelahiran St. Yohanes Pembaptis  di akhir Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis tanggal 24 Juni.
Buku Protoevangelium of James dari abad ke-2 menggambarkan St. Zakaria sebagai imam besar dan memasuki tempat maha kudus…. dan ini mengasosiasikan dia dengan the Day of Atonement, yang jatuh di tanggal 10 bulan Tishri (kira-kira akhir September). Segera setelah menerima pesan dari malaikat Gabriel, Zakaria dan Elizabet mengandung Yohanes Pembaptis. Perhitungan empat puluh minggu setelahnya, menempatkan kelahiran Yohanes Pembaptis di akhir Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes Pembaptis tanggal 24 Juni.
Selanjutnya… dikatakan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung Kristus, ia pergi untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung di bulan yang ke-6. Artinya umur Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus Kristus (lih. Luk 1:24-27, 36). Jika 6 bulan ditambahkan kepada 24 Juni maka diperoleh 24-25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. Jika tanggal 25 Desember dikurangi 9 bulan, diperoleh hari peringatan Kabar Gembira (Annunciation) yaitu tanggal 25 Maret… Maka jika Yohanes Pembaptis dikandung segera setelah the Day of Atonement, maka tepatlah penanggalan Gereja Katolik, yaitu bahwa kelahiran Yesus jatuh sekitar tanggal 25 Desember.
Selain itu Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Tuhan Yesus. Sumber dari Tradisi tersebut adalah kesaksian Bunda Maria sendiri. Sebagai ibu tentu ia mengetahui dengan rinci tentang kelahiran anaknya [dan ini yang diteruskan oleh para rasul dan para penerus mereka]. Bunda Maria pasti mengingat secara detail kelahiran Yesus ini yang begitu istimewa, yang dikandung tidak dari benih laki-laki, yang kelahirannya diwartakan oleh para malaikat, lahir secara mukjizat dan dikunjungi oleh para majus.
Sebagaimana umum bahwa orang bertanya kepada orangtua yang membawa bayi akan umur bayinya, demikian juga orang saat itu akan bertanya, “berapa umur anakmu?” kepada Bunda Maria. Maka tanggal kelahiran Yesus 25 Desember (24 Desember tengah malam), akan sudah diketahui sejak abad pertama. Para Rasul pasti akan sudah menanyakan tentang hal ini dan baik St. Matius dan Lukas mencatatnya bagi kita. Singkatnya, adalah sesuatu yang masuk akal jika para jemaat perdana telah mengetahui dan merayakan kelahiran Yesus, dengan mengambil sumber keterangan dari ibu-Nya.
Kesaksian berikutnya adalah dari para Bapa Gereja abad-abad awal (abad 1 sampai awal abad 4) di masa sebelum pertobatan Kaisar Konstantin dan kerajaan Romawi. Para Bapa Gereja tersebut telah mengklaim tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus.
Catatan yang paling awal tentang hal ini adalah dari Paus Telesphorus (yang menjadi Paus dari tahun 126-137), yang menentukan tradisi Misa Tengah malam pada Malam Natal… Kita juga membaca perkataan Teofilus (115-181) seorang Uskup Kaisarea di Palestina: “Kita harus merayakan kelahiran Tuhan kita pada hari di mana tanggal 25 Desember harus terjadi.” ((Magdeburgenses, Cent. 2. c. 6. Hospinian, De origine Festorum Christianorum.))
Tak lama kemudian di abad kedua, St. Hippolytus (170-240) menulis demikian: “Kedatangan pertama Tuhan kita di dalam daging terjadi ketika Ia dilahirkan di Betlehem, di tanggal 25 Desember, pada hari Rabu, ketika Kaisar Agustus memimpin di tahun ke-42, …. Ia [Kristus] menderita di umur tiga puluh tiga, tanggal 25 Maret, hari Jumat, di tahun ke-18 Kaisar Tiberius, ketika Rufus dan Roubellion menjadi konsul. ((St. Hippolytus of Rome, Commentary on Daniel.))
Dengan demikian tanggal 25 Maret menjadi signifikan, karena menandai hari kematian Kristus (25 Maret sesuai dengan bulan Ibrani Nisan 14- tanggal penyaliban Yesus. Kristus, sebagai manusia sempurna- dipercaya mengalami konsepsi dan kematian pada hari yang sama, yaitu tanggal 25 Maret…Maka tanggal 25 Maret dianggap istimewa dalam tradisi awal Kristiani. 25 Maret ditambah 9 bulan, membawa kita kepada tanggal 25 Desember, yaitu kelahiran Kristus di Betlehem.
St. Agustinus meneguhkan tradisi 25 Maret sebagai konsepsi Sang Mesias dan 25 Desember sebagai hari kelahiran-Nya: “Sebab Kristus dipercaya telah dikandung di tanggal 25 Maret, di hari yang sama saat Ia menderita; sehingga rahim Sang Perawan yang di dalamnya Ia dikandung, di mana tak seorang lain pun dikandung, sesuai dengan kubur baru itu di mana Ia dikubur, di mana tak seorang pun pernah dikuburkan di sana, baik sebelumnya maupun sesudahnya. Tetapi Ia telah lahir, menurut tradisi, di tanggal 25 Desember.” ((St. Augustine, De Trinitate, 4, 5.))
Di sekitar tahun 400, St. Agustinus juga telah mencatat bagaimana kaum skismatik Donatist merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus, tetapi mereka menolak merayakan Epifani di tanggal 6 Januari, sebab mereka menganggapnya sebagai perayaan baru tanpa dasar dari Tradisi Apostolik. Skisma Donatist berasal dari tahun 311, dan ini mengindikasikan bahwa Gereja Latin telah merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember sebelum tahun 311. Apapun kasusnya, perayaan liturgis kelahiran Kristus telah diperingati di Roma pada tanggal 25 Desember, jauh sebelum Kristianitas dilegalkan dan jauh sebelum pencatatan terawal dari perayaan pagan bagi kelahiran Sang Matahari yang tak Terkalahkan. Untuk alasan ini, adalah masuk akal dan benar untuk menganggap bahwa Kristus benar telah dilahirkan di tanggal 25 Desember, dan wafat dan bangkit di bulan Maret, sekitar tahun 33.
Sedangkan tentang perhitungan tahun kelahiran Yesus, menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives, adalah sekitar tahun 7-6 BC. Paus mengutip pandangan seorang astronomer Wina, Ferrari d’ Occhieppo, yang memperkirakan terjadinya konjungsi planet Yupiter dan Saturnus yang terjadi di tahun 7-6 BC (yang menghasilkan cahaya bintang yang terang di Betlehem), yang dipercaya sebagai tahun sesungguhnya kelahiran Tuhan Yesus. ((Pope Benedictus XVI,  Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives, kindle version, loc. 1097-1101))

Katolisitas.org


Sabtu, 21 Oktober 2017

Berjalan di belakang Yesus

Berjalan di belakang Yesus

Mari, ikutlah Aku “. Kalimat singkat ajakan Yesus itu telah mengubah hidup dua belas orang Galilea dan di kemudian hari ribuan juta orang lain di segala benua. Apa maksud ajakan itu?
            Di Matiud 4:19-20 tertulis : “Yesus berkata kepada mereka, ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia’. Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikut Dia.”
            Ada dua kata yang berasal dari kata dasar yang sama dalam kutipan di atas, yaitu ikutlah di ayat 19 dan mengikuti di ayat 20. Sebenarnya Alkitab bahasa aslinya menggunakan dua kata yang berbeda. Di ayat 19 digunakan kata-kata deute opisoo mou yang berarti marilah di belakang-KU atau berjalanlah dibelakang-Ku. Sedangkan ayat 20 menggunakan kata ekolouthesan yang berarti mengikuti.
 Jadi ,ajakan Tuhan Yesus,”Mari,ikutlah Aku,” mempunyai arti yang bersifat khusus:”Mari berjalanlah dibelakang-Ku.” Tuhan Yesus memanggil Murid-Murid-Nya untuk berjalan di belakang-Nya. Apa arti berjalan di belakang seseorang ?
Dalam budaya Timur Tengah di zaman itu seorang murid secara harafiah memeng akan berada di belakang gurunya, baik pada waktu berjalan maupun pada waktu menunggang keledai. Sungguh tidak sopan baginya untuk berjalan di depan atau di sebelah gurunya. Tetapi ajakan Tuhan Yesus untuk berjalan di belakang-Nya tentu bukan dalam arti sempit.
Dalam pemikiran umat Israel di zaman perjanjian lama, mengikuti seseorang atau berjalan dibelakang seseorang mengandung arti mengiringi, menaati, mencintai, menyerahkan diri dan mengabdikan diri. Begitulah kita membaca tentang Elisa yang mengikuti nabi Elia (1 raja-raja 19:20), Rut yang mengikuti Naomi (Rut 1:14), mempelai wanita yang mengikuti mempelai pria (Yeremia 2:2), budak yang mengikuti Abigail (1 samuel 25:42). Di sini mengikuti seseorang berarti menyerahkan hidup kita kepada orang itu dengan segala akibatnya.
Memang, mengikuti atau berjalan di belakang seseorang pasti membawa dampak atau akibat. Hidup kita pasti akan berubah dan perubahan itu tergantung dari siapa yang kita ikuti. Misalkan kita mengikuti hidup seorang pendaki gunung. Pasti banyak hal yang berubah dalam hidup kita, tempat-tempat yang kita kunjungi, pergaulan kita, menu makanan kita, kegiatan sehari-hari kita, pakaian kita dan lainya, tetapi yang lebih mendasar lagi, gaya hidup kita akan berubah.
Sebenarnya segala aspek hidup kita akan berubah. Perubahan itu menjadi berbeda lagi, jika yang kita ikuti bukanlah seorang pendaki gunung, melainkan seorang pelaut, atau seorang musikus di kelap malam, atau seorang penyelundup narkotik, atau seorang biarawan.
Demikian juga halnya, jika kita mengikuti dan berjalan di belakang Tuhan Yesus. Hidup kita mau tidak mau akan berubah, karena Tuhan Yesus mempunyai gaya hidup yang sungguh unik. Cobalah telusuri gaya hidup Tuhan Yesus mulai dari gurun Yehuda, dari sana terus ke Galilea, kemudian ke Kapernaum, ke yerusalem, berjalan melintasi daerah Samaria, dengan perahu menyeberangi danau Genesaret, kemudian mengelilingi wilayah Galilea, dari sana menuju Kaisarea Filipi kemudian naik ke gunung Hermon, lalu Getsemani, lalu Golgota, lalu Emaus dan akhirnya perpisahan di Bukit Zaitun. Kemudian yang lebih penting lagi, cobalah telusuri apa yang diperbuat Tuhan Yesus di tempat-tempat itu, dengan siapa Ia berjalan kesana, siapa yang di jumpai-Nya, apa yang diperbuatnya , dan apa pula yang dikatakan-Nya.
Berjalan di belakang Tuhan Yesus dan mengikuti Dia keluar masuk desa dan kota, turun naik lembah dan bukit, melintasi gurun dan kebun anggur, mengamati segala sesuatu yang diperbuat-Nya dengan orang-orang disitu dan merenungkan segala sesuatu yang di ucapkan-Nya, pasti akan membuat kita terkesima: Yesus sungguh unik.
Memang, berjalan di belakang Tuhan Yesus akan menjadikan kita terkesima: prioritas hidup-Nya unik, keprihatinan hidup-Nya unik, dan oriantasi hidup-Nya pun unik. Oleh sebab itu dengan berjalan dibelakang Tuhan Yesus, mau tidak mau kita pun belajar mengubah apa yang perlu kita utamakan dalam hidup kita, lalu belajar memahami apa yang diutamakan Tuhan Yesus; mengubah apa yang perlu kita prihatinkan dalam hidup kita, lalu belajar merasakan apa yang diprihatinkan Tuhan Yesus; mengubah arah hidup kita, lalu belajar memegang arah hidup Tuhan Yesus. Dengan mengikuti Tuhan Yesus, mau tidak mau kita akan berubah. Sungguh janggal jika kita mengikuti Tuhan Yesus namun gaya hidup kita sama saja seperti semula.
Harap kita jangan salah paham. Perubahan bukanlah suatu tuntutan. Tuhan Yesus tidak menuntut agar kita berubah. Tuhan Yesus mengajak kita berjalan di belakang-Nya, dan jika kita berjalan di belakang-Nya, mau tidak mau kita akan berubah. Tuhan Yesus tidak menyruh kita berubah, melainkan mengajak kita berubah. Ajakan Tuhan Yesus, misalnya saja khotbah di Bukit, bukanlah merupakan petunjuk tentang bagaimana kita harus hidup, melainkan gambaran bagaimana kita akan hidup jika kita berjalan dibelakang Dia. Untuk berjalan di belakang-Nya, Tuhan Yesus tidak membebani kita dengan tuntutan, syarat, peraturan, suruhan atau larangan. Yang dilakukan Tuhan Yesus adalah mengajak. Ia mengajak kita untuk berjalan di belakang-Nya dan mengikuti Dia. Ajakan itulah yang perlu kita jawab. Sambil berjalan itu nanti kita akan terus mendengar dan melihat kepada-Nya, yaitu mendengar dan melihat prioritas, keprihatinan dan orientasi hidup-Nya. Itulah yang perlu kita lakukan. Berjalan di belakang-Nya.
Mungkin perjalanan ini akan susah dan berat. Mungkin perjalanan ini akan banyak rintangan dan penderitaanya. Tetapi kita tidak akan ditinggalkan Dia sehingga kita tidak akan berjalan seorang diri. Kita diajak berjalan terus, berjalan di belakang-Nya dan mengikut Dia. Selamat berjalan di belakang Dia. Selamat mengikut Dia.


            Dr. Andar ismail

Kamis, 12 Oktober 2017

Apakah Mormonisme itu ajaran sesat?

Pertanyaan: Apakah Mormonisme itu ajaran sesat?

Jawaban: 
Agama Mormon didirikan kurang dari 200 tahun lalu oleh seorang yang bernama Joseph Smith. Dia mengklaim telah menerima kunjungan pribadi dari Allah Bapa dan Yesus Kristus. Ia kemudian menyatakan semua gereja dan pengakuan imannya merupakan merupakan kekejian bagi Tuhan. 

Smith memperkenalkan agama baru, yang mengklaim sebagai “satu-satunya gereja yang benar di bumi ini.” Masalahnya, ajaran Mormonisme itu bertentangan dengan Alkitab; dengan memodifikasi dan mengembangkan Alkitab. 

Orang-orang Kristen tidak punya alasan untuk percaya bahwa Alkitab itu tidak benar dan tidak cukup. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada FirmanNya. Setiap ayat Alkitab itu diinspirasikan oleh Allah, yang berarti berasal dari Allah sendiri .
“ segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan  kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. “             (2 Timotius 3:16).

Para penganut Mormon percaya bahwa ada empat sumber firman yang diinspirasikan Allah, bukan hanya satu. 

1). Alkitab, “sejauh diterjemahkan dengan tepat.” Ayat-ayat mana yang dianggap sudah diterjemahkan dengan tidak tepat selalu tidak jelas. 

2) Kitab Mormon yang “diterjemahkan” oleh Smith dan diterbitkan pada tahun 1830. Smith mengklaim kitab ini sebagai “kitab yang paling benar” di dunia, dan dengan mengikuti aturan-aturannya orang dapat menjadi lebih dekat kepada Allah dibandingkan jika “mengikuti kitab-kitab lain.” 

3). The Doctrine and Covenants (Doktrin dan Perjanjian) dianggap oleh penganut Mormon sebagai kitab suci dan mengandung kumpulan wahyu modern yang berkaitan dengan Gereja Yesus Kristus yang telah dipulihkan.” 

4) The Pearl of the Great Price (Mutiara Yang Berharga) dianggap oleh para penganut Mormon sebagai “klarifikasi” doktrin dan pengajaran-pengajaran yang telah hilang dari Alkitab dan juga tambahan informasi mengenai penciptaan bumi. 

Penganut Mormon percaya hal-hal berikut ini tentang Allah: bahwa Allah tidak selamanya merupakan Mahkluk yang Tertinggi dalam alam semesta ini, namun Dia mencapai status itu melalui hidup yang benar dan usaha yang terus menerus. 

Mereka percaya Allah Bapa itu memiliki “tubuh dari darah dan daging yang persis sama dengan yang dimiliki oleh manusia.” Sekalipun kemudian ditinggalkan oleh pemimpin-pemimpin Mormon di zaman modern, Brigham Young mengajarkan bahwa Adam sebenarnya merupakan Allah dan bapa dari Yesus Kristus. 

Orang-orang Kristen mengetahui hal-hal berikut ini tentang Allah: hanya ada Satu Allah yang sejati. “Dengarlah ,hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita,TUHAN itu esa “(Ulangan 6:4,)

“Kamu inilah saksi-saksi-Ku” demikianlah firman TUHAN,” dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.” ( Yesaya 43:10).

[6]Beginilah firman TUHAN, Raja dan penebus Israel, TUHAN semesta alam: “ Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.

[7]Siapakah seperti Aku?Biarlah ia menyerukanya, biarlah ia memberitahukanya dan membentangkanya kepada-Ku!. Siapakah yang mengabarkanya dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukanya kepada kami!

 [8]Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu. Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!” (Yesaya 44:6-8),

bahwa Dia ada untuk selama-lamanya (Ulangan 33:27; Mazmur 90:2; 1 Timotius 1:17), Dia tidak diciptakan, namun adalah Pencipta (Kejadian 1, Mazmur 24:1, Yesaya 37:16). 

Allah itu sempurna dan tidak ada yang setara denganNya (Mazmur 86:8, Yesaya 40:25). Allah Bapa bukanlah manusia dan tidak pernah menjadi manusia (Bilangan 23:19, 1 Samuel 15:29, Hosea 11:9). Allah itu Roh (Yohanes 4:24), dan Roh tidak terbuat dari darah dan daging (Lukas 24:39). 

Mormon percaya bahwa ada tingkatan atau kerajaan yang berbeda-beda setelah kematian: Kerajaan Langit , Kerajaan Bumi dan Kerajaan Bintang dan Kegelapan. Di mana orang akan berada setelah mati tergantung pada apa yang mereka percaya dan lakukan dalam hidup ini. 

Sebaliknya, Alkitab menyatakan bahwa setelah mati kita akan masuk Surga atau Neraka, tergantung pada apakah kita beriman pada Yesus atau tidak. Beralih dari tubuh ini berarti berada bersama dengan Allah (2 Korintus 5:6-8). Orang yang tidak percaya akan masuk ke Neraka, atau alam maut (Lukas 16:22-23). 

Ketika Yesus datang untuk kedua kalinya, kita akan menerima tubuh baru (1 Korintus 15:50-54). Akan ada Langit Baru dan Bumi Baru untuk orang-orang percaya (Wahyu 21:1) dan orang-orang yang tidak percaya akan dilemparkan ke dalam lautan api yang kekal (Wahyu 20:11-15). Tidak ada kesempatan lagi untuk penebusan setelah seseorang meninggal (Ibrani 9:27).

Para pemimpin Mormon mengajarkan bahwa inkarnasi Yesus itu merupakan hasil hubungan fisik antara Allah Bapa dan Maria. Mereka percaya bahwa Yesus memang Allah, karena setiap manusia juga dapat menjadi allah. 

Secara historis keKristenan mengajarkan Tritunggal/Trinitas dan Allah itu untuk selama-lamanya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19). Tidak seorangpun dapat menjadi Allah, hanya Allah yang kudus (1 Samuel 2:2). 

Kita hanya dapat menjadi suci dalam pandangan Allah melalui iman kepadaNya (1 Korintus 1:2) Yesus merupakan satu-satuNya Anak Tunggal Allah (Yohanes 3:16) dan satu-satunya yang pernah hidup tanpa dosa, tanpa cacat cela, dan sekarang menduduki tempat yang paling terhormat di Surga (Ibrani 7:26). 

Yesus itu Allah, tapi juga Anak Allah. Yesus adalah Dia yang sudah ada sebelum dilahirkan secara fisik (Yohanes 1:1-8, 8:56). Yesus memberi diriNya kepada kita sebagai korban, dan Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan kelak setiap orang akan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:6-11). 

Yesus menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang masuk ke Surga melalui perbuatan baiknya sendiri, hanya dengan iman di dalam Dia barulah hal itu dimungkinkan (Matius 19:26). Dan banyak orang tidak akan memilih dia. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius 7:13). 

Kita semua pantas menerima hukuman kekal untuk dosa-dosa kita, namun kasih dan anugerah Allah yang tidak terbatas telah memberi jalan keluar kepada kita. “ Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Sudah jelas bahwa hanya ada satu cara untuk menerima keselamatan, yaitu mengenal Allah dan PutraNya, Yesus (Yohanes 17:3). Bukan melalui perbuatan, namun melalui iman (Roma 1:17; 3:28). 

Ketika kita beriman, kita akan menaati hukum-hukum Tuhan dan meminta dibaptis karena mencintai Dia; bukan karena baptisan itu merupakan syarat untuk dianugerahi keselamatan. 

Kita menerima karunia ini bukan karena siapa kita atau apapun yang sudah kita lakukan (Roma 3:22). “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah 4:12).

Sekalipun penganut Mormon itu biasanya adalah orang-orang yang bersahabat, pengasih dan baik, mereka telah mengambil bagian dalam agama yang sesat yang mengubah natur Allah, Pribadi Yesus Kristus dan jalan keselamatan.


gotquesion

Selasa, 12 September 2017

SIAPAKAH ALLAH INI

SIAPAKAH ALLAH INI

G.J.O. MOSHAY
Seluruh umat Muslim yang tergabung dalam berbagai aliran atau sekte yang berjumlah seratus lima puluh, seperti aliran Sunni, Shiah, Wahhabi, Ahmadiyah, Keimanan Bahai, dan sekte-sekte lain pada umumnya menyebut Sesembahan mereka sebagai “Allah”. Sesungguhnya, siapakah Allah ini?
Banyak hal yang telah dan sedang ditulis mengenai agama Islam dan nabinya; tetapi tidak banyak yang ditulis mengenai Tuhannya. Kemungkinan besar karena beranggapan bahwa Tuhan agama Islam dan Tuhan agama Kristen adalah sama.
Tetapi apakah Allah itu Tuhan?
Apakah Allah itu “Bapanya Yesus Kristus”?
Perbandingan Islam dengan Kristianitas disajikan dengan penuh kejujuran, vitalitas, dan keberanian.


Ini adalah judul buku dalam format pdf yang dapat anda download gratis.
Semoga bermanfaat.

download