Apakah Yesus
lahir tanggal 25 Desember?
Ada banyak orang mempertanyakan, apakah benar Tuhan Yesus Kristus lahir di
dunia tanggal 25 Desember? Sejumlah orang kemudian membuat banyak teori, yang
seolah-olah ingin menunjukkan bahwa hari raya Natal di tanggal 25 Desember
berasal dari kebiasaan kafir. Apakah benar demikian?
Keberatan dan tanggapan tentang perayaan
Natal 25 Desember
Berikut ini adalah penjelasan yang kami sarikan dari buku karangan Taylor
Marshall, The Eternal City: Rome and Origins of Catholic Christianity, ((Link:
http://taylormarshall.com/2012/12/yes-christ-was-really-born-on-december.html)), [teks
dalam kurung adalah tambahan dari Katolisitas]:
Gereja Katolik, setidaknya sejak abad kedua, telah mengklaim bahwa Kristus
lahir di tanggal 25 Desember. Meskipun demikian, ada banyak pendapat bahwa
Tuhan kita Yesus Kristus tidak lahir pada tanggal itu. Berikut ini adalah tiga
macam keberatan yang umum terhadap tanggal tersebut, dan tanggapan atas
masing-masing keberatan itu:
Keberatan 1: Tanggal 25 Desember dipilih untuk mengganti festival pagan Romawi, yang
dinamakan Saturnalia. Saturnalia adalah festival musim dingin yang populer,
sehingga Gereja Katolik dengan bijak menggantikannya dengan perayaan Natal.
Tanggapan atas Keberatan 1: Saturnalia adalah peringatan winter
solstice, yaitu titik terjauh matahari dari garis khatulistiwa bumi. Namun
demikian titik winter solstice jatuh pada tanggal 22 Desember.
Memang benar bahwa perayaan Saturnalia dapat dimulai sejak tanggal 17 Desember
sampai 23 Desember. Tetapi dari tanggalnya sendiri, tidak cocok [tidak ada
kaitannya dengan tanggal 25 Desember].
Keberatan 2: Tanggal 25 Desember dipilih untuk menggantikan hari libur Romawi, Natalis
Solis Invicti, yang artinya, “Kelahiran dari Matahari yang tak Terkalahkan”
[atau dikenal sebagai kelahiran dewa matahari]
Tanggapan atas Keberatan 2: Pertama-tama, mari memeriksa kultus
Matahari yang tak Terkalahkan. Kaisar Aurelian memperkenalkan kultus Sol
Invictus atau Matahari yang tak Terkalahkan di Roma tahun 274.
Aurelian mendirikan pergerakan politik dengan kultus ini, sebab namanya sendiri
Aurelian, berasal dari kata Latin aurora, yang artinya “matahari
terbit”. Uang logam koin masa itu menunjukkan bahwa Kaisar Aurelian menyebut
dirinya sendiri sebagai Pontifex Solis atau Pontiff of
the Sun (Imam Agung Matahari). Maka Kaisar Aurelian mendirikan kultus
matahari itu dan mengidentifikasikan namanya dengan dewa matahari, di akhir
abad ke-3.
Yang terpenting, tidak ada bukti historis tentang adanya perayaan Natalis
Sol Invictus pada tanggal 25 Desember, sebelum tahun 354. Dalam sebuah
manuskrip yang penting di tahun 354, terdapat tulisan bahwa tanggal 25 Desember
tertulis, “N INVICTI CM XXX.” Di sini N berarti “nativity/ kelahiran”.
INVICTI artinya “Unconquered/ yang tak terkalahkan”. CM artinya, “circenses
missus/ games ordered/ permainan yang ditentukan/
diperintahkan.” Angka Romawi XXX sama dengan tiga puluh. Maka tulisan tersebut
artinya ialah 30 permainan yang ditentukan untuk kelahiran Yang tak
terkalahkan, pada tanggal 25 Desember. Perhatikan bahwa di sini kata “matahari”
tidak disebutkan. [Maka bagaimana dapat dipastikan bahwa itu mengacu kepada
dewa matahari?]. Selanjutnya, naskah kuno tersebut juga menyebutkan, “natus
Christus in Betleem Iudeae/ kelahiran Kristus di Betlehem, Yudea” di
tanggal 25 Desember itu. ((The Chronographyof AD 354. Part 12:
Commemorations of the Martyrs. MGH Chronica Minora I (1892), pp. 71-2.))
Tanggal 25 Desember baru menjadi hari “Kelahiran Matahari yang tak
terkalahkan” sejak pemerintahan kaisar Julian yang murtad. Kaisar Julian
pernah menjadi Kristen, tetapi telah murtad dan kembali ke paganisme Romawi.
Sejarah menyatakan bahwa Kaisar Julian itulah yang menentukan hari libur pagan
tanggal 25 Desember… Ini menyatakan apa?
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa “Matahari yang tak terkalahkan” bukanlah
dewa yang popular di kekaisaran Romawi [sebab sebenarnya bukan dewa, tetapi
suatu karakter yang dihubungkan dengan kaisar tertentu.] …Lagi pula, tradisi
perayaan pada tanggal 25 Desember tidak ada dalam kalender Romawi sampai
setelah Roma menjadi negara Kristen. Kelahiran Sang Matahari yang Tak
Terkalahkan adalah sesuatu yang jarang dikenal dan tidak popular. Perayaan
Saturnalia yang disebut di atas lebih popular … Sepertinya, lebih mungkin bahwa
Kaisar Julian yang murtad itulah yang berusaha untuk memasukkan hari libur
pagan, untuk menggantikan perayaan Kristen.
[Tambahan dari Katolisitas:
Maka penghubungan tanggal 25 Desember dengan perayaan agama pagan, itu
sejujurnya adalah hipotesa. Silakan Anda klik di Wikipedia, bahwa penghormatan
kepada dewa Sol Invictus di kerajaan Romawi, itu dimulai
tanggal 274 AD. Maka penghormatan umat Kristen kepada Kristus, Sang Terang
Dunia (Yoh 9:5), itu sudah ada lebih dulu daripada penghormatan kepada
dewa Sol Invictus/ dewa matahari kerajaan Romawi. Nyatanya memang
ada sejumlah orang yang menghubungkan peringatan kelahiran Yesus pada tanggal
25 Desember dengan perayaan dewa Sol Invictus itu. Sumber Wikipedia itu sendiri
((Link: https://en.wikipedia.org/wiki/Sol_Invictus#Sol_Invictus_and_Christianity_and_Judaism))
menyatakan bahwa hipotesa ini secara serius layak dipertanyakan. Bukti prasasti
di zaman Kaisar Licinius, menuliskan bahwa perayaan dewa Sol itu jatuh tanggal
19 Desember. Prasasti tersebut juga menyebutkan persembahan kepada dewa Sol itu
dilakukan di tanggal 18 November. (Wallraff 2001: 174–177). Bukti ini sendiri
menunjukkan adanya variasi tanggal perayaan dewa Sol, dan juga bahwa
perayaannya tersebut baru marak dilakukan di abad ke-4 dan 5, jauh setelah
zaman Kristus dan para Rasul. Dengan demikian, pandangan yang lebih
logis adalah bahwa para kaisar itu yang “mengadopsi” perayaan Natal 25
Desember sebagai perayaan dewa matahari-nya mereka, daripada kita umat Kristen
yang mengadopsinya dari mereka.]
Keberatan 3: Kristus tidak mungkin lahir di bulan Desember sebab St. Lukas menjabarkan
bahwa para gembala menggembalakan domba-domba di padang Betlehem. Gembala tidak
menggembalakan pada saat musim dingin. Maka Kristus tidak mungkin lahir di
musim dingin.
Tanggapan terhadap Keberatan 3: Palestina bukan Inggris atau Rusia
atau Alaska. Betlehem terletak di lintang 31.7 [dari garis khatulistiwa, lebih
dekat sedikit ke khatulistiwa daripada kota Dallas, Texas di Amerika, 32.8].
Adalah masih nyaman untuk berada di luar di bulan Desember di Dallas, [maka
demikian juga dengan di Betlehem]. Sebab di Italia, yang terletak di garis
lintang yang lebih tinggi dari Betlehem, seseorang masih dapat menggembalakan
domba di akhir bulan Desember.
Penentuan kelahiran Kristus berdasarkan
Kitab Suci
Penentuan kelahiran Kristus berdasarkan Kitab Suci, terdiri dari 2 langkah.
Pertama adalah menentukan kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Langkah berikutnya
adalah menggunakan hari kelahiran Yohanes Pembaptis sebagai kunci untuk
menentukan hari kelahiran Kristus. Kita dapat menemukan bahwa Kristus lahir di
akhir Desember dengan mengamati kali pertama dari tahun itu, yang disebutkan
oleh St. Lukas, St. Zakaria melayani di bait Allah. Ini memberikan kepada kita
perkiraan tanggal konsepsi St. Yohanes Pembaptis. Dari sini dengan mengikuti kronologis
yang diberikan oleh St. Lukas, kita sampai pada akhir Desember sebagai hari
kelahiran Yesus.
St. Lukas mengatakan bahwa Zakaria melayani pada ‘rombongan Abia’ (Luk
1:5). Kitab Suci mencatat adanya 8 rombongan di antara 24 rombongan imamat (Neh
12:17). Setiap rombongan imam melayani satu minggu di bait Allah, dua kali
setahun. Rombongan Abia melayani di giliran ke-8 dan ke-32 dalam siklus
tahunan. Namun bagaimana siklus dimulai?
Josef Heinrich Friedlieb telah dengan meyakinkan menemukan bahwa rombongan
imam pertama, Yoyarib, bertugas sepanjang waktu penghancuran Yerusalem pada
hari ke-9 pada bulan Yahudi yang disebut bulan Av. ((Josef Heinrich Friedlieb’s
Leben J. Christi des Erlösers. Münster, 1887, p. 312.)) Maka masa rombongan
imamat Abia (yaitu masa Zakaria bertugas) melayani adalah minggu kedua bulan
Yahudi yang disebut Tishri, yaitu minggu yang bertepatan dengan the Day
of Atonement, hari ke-10. Di kalender kita, the Day of Atonement dapat
jatuh di hari apa saja dari tanggal 22 September sampai dengan 8 Oktober.
Dikatakan dalam Injil bahwa Elisabet mengandung ‘beberapa lama
kemudian/ after these days‘ setelah masa pelayanan Zakaria (lih.
Luk 1:24). Maka konsepsi St. Yohanes Pembaptis dapat terjadi sekitar akhir
September, sehingga menempatkan kelahiran St. Yohanes Pembaptis di akhir
Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran St. Yohanes
Pembaptis tanggal 24 Juni.
Buku Protoevangelium of James dari abad ke-2 menggambarkan
St. Zakaria sebagai imam besar dan memasuki tempat maha kudus…. dan ini
mengasosiasikan dia dengan the Day of Atonement, yang jatuh di
tanggal 10 bulan Tishri (kira-kira akhir September). Segera setelah menerima
pesan dari malaikat Gabriel, Zakaria dan Elizabet mengandung Yohanes Pembaptis.
Perhitungan empat puluh minggu setelahnya, menempatkan kelahiran Yohanes
Pembaptis di akhir Juni, meneguhkan perayaan Gereja Katolik tentang Kelahiran
St. Yohanes Pembaptis tanggal 24 Juni.
Selanjutnya… dikatakan bahwa sesaat setelah Perawan Maria mengandung
Kristus, ia pergi untuk mengunjungi Elisabet yang sedang mengandung di bulan
yang ke-6. Artinya umur Yohanes Pembaptis 6 bulan lebih tua daripada Yesus
Kristus (lih. Luk 1:24-27, 36). Jika 6 bulan ditambahkan kepada 24 Juni maka
diperoleh 24-25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus. Jika tanggal 25
Desember dikurangi 9 bulan, diperoleh hari peringatan Kabar Gembira
(Annunciation) yaitu tanggal 25 Maret… Maka jika Yohanes Pembaptis dikandung
segera setelah the Day of Atonement, maka tepatlah penanggalan
Gereja Katolik, yaitu bahwa kelahiran Yesus jatuh sekitar tanggal 25 Desember.
Selain itu Tradisi Suci juga meneguhkan tanggal 25 Desember sebagai hari
kelahiran Tuhan Yesus. Sumber dari Tradisi tersebut adalah kesaksian Bunda
Maria sendiri. Sebagai ibu tentu ia mengetahui dengan rinci tentang kelahiran
anaknya [dan ini yang diteruskan oleh para rasul dan para penerus mereka].
Bunda Maria pasti mengingat secara detail kelahiran Yesus ini yang begitu
istimewa, yang dikandung tidak dari benih laki-laki, yang kelahirannya diwartakan
oleh para malaikat, lahir secara mukjizat dan dikunjungi oleh para majus.
Sebagaimana umum bahwa orang bertanya kepada orangtua yang membawa bayi
akan umur bayinya, demikian juga orang saat itu akan bertanya, “berapa umur
anakmu?” kepada Bunda Maria. Maka tanggal kelahiran Yesus 25 Desember (24
Desember tengah malam), akan sudah diketahui sejak abad pertama. Para
Rasul pasti akan sudah menanyakan tentang hal ini dan baik St. Matius dan Lukas
mencatatnya bagi kita. Singkatnya, adalah sesuatu yang masuk akal jika para
jemaat perdana telah mengetahui dan merayakan kelahiran Yesus, dengan mengambil
sumber keterangan dari ibu-Nya.
Kesaksian berikutnya adalah dari para Bapa Gereja abad-abad awal (abad
1 sampai awal abad 4) di masa sebelum pertobatan Kaisar
Konstantin dan kerajaan Romawi. Para Bapa Gereja
tersebut telah mengklaim tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran
Kristus.
Catatan yang paling awal tentang hal ini adalah dari Paus Telesphorus (yang
menjadi Paus dari tahun 126-137), yang menentukan tradisi Misa Tengah malam
pada Malam Natal… Kita juga membaca perkataan Teofilus (115-181) seorang Uskup
Kaisarea di Palestina: “Kita harus merayakan kelahiran Tuhan kita pada hari di
mana tanggal 25 Desember harus terjadi.” ((Magdeburgenses, Cent. 2. c. 6.
Hospinian, De origine Festorum Christianorum.))
Tak lama kemudian di abad kedua, St. Hippolytus (170-240) menulis demikian:
“Kedatangan pertama Tuhan kita di dalam daging terjadi ketika Ia dilahirkan di
Betlehem, di tanggal 25 Desember, pada hari Rabu, ketika Kaisar Agustus
memimpin di tahun ke-42, …. Ia [Kristus] menderita di umur tiga puluh tiga,
tanggal 25 Maret, hari Jumat, di tahun ke-18 Kaisar Tiberius, ketika Rufus dan
Roubellion menjadi konsul. ((St. Hippolytus of Rome, Commentary on
Daniel.))
Dengan demikian tanggal 25 Maret menjadi signifikan, karena menandai hari
kematian Kristus (25 Maret sesuai dengan bulan Ibrani Nisan 14- tanggal
penyaliban Yesus. Kristus, sebagai manusia sempurna- dipercaya mengalami
konsepsi dan kematian pada hari yang sama, yaitu tanggal 25 Maret…Maka tanggal
25 Maret dianggap istimewa dalam tradisi awal Kristiani. 25 Maret ditambah 9
bulan, membawa kita kepada tanggal 25 Desember, yaitu kelahiran Kristus di
Betlehem.
St. Agustinus meneguhkan tradisi 25 Maret sebagai konsepsi Sang Mesias dan
25 Desember sebagai hari kelahiran-Nya: “Sebab Kristus dipercaya telah
dikandung di tanggal 25 Maret, di hari yang sama saat Ia menderita; sehingga
rahim Sang Perawan yang di dalamnya Ia dikandung, di mana tak seorang lain pun
dikandung, sesuai dengan kubur baru itu di mana Ia dikubur, di mana tak seorang
pun pernah dikuburkan di sana, baik sebelumnya maupun sesudahnya. Tetapi Ia
telah lahir, menurut tradisi, di tanggal 25 Desember.” ((St. Augustine, De
Trinitate, 4, 5.))
Di sekitar tahun 400, St. Agustinus juga telah mencatat bagaimana kaum
skismatik Donatist merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus,
tetapi mereka menolak merayakan Epifani di tanggal 6 Januari, sebab mereka
menganggapnya sebagai perayaan baru tanpa dasar dari Tradisi Apostolik. Skisma
Donatist berasal dari tahun 311, dan ini mengindikasikan bahwa Gereja Latin
telah merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember sebelum tahun 311. Apapun
kasusnya, perayaan liturgis kelahiran Kristus telah diperingati di Roma pada
tanggal 25 Desember, jauh sebelum Kristianitas dilegalkan dan jauh sebelum
pencatatan terawal dari perayaan pagan bagi kelahiran Sang Matahari yang tak
Terkalahkan. Untuk alasan ini, adalah masuk akal dan benar untuk menganggap
bahwa Kristus benar telah dilahirkan di tanggal 25 Desember, dan wafat dan
bangkit di bulan Maret, sekitar tahun 33.
Sedangkan tentang perhitungan tahun kelahiran Yesus, menurut Paus
Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth: The Infancy Narratives,
adalah sekitar tahun 7-6 BC. Paus mengutip pandangan seorang astronomer Wina,
Ferrari d’ Occhieppo, yang memperkirakan terjadinya konjungsi planet Yupiter
dan Saturnus yang terjadi di tahun 7-6 BC (yang menghasilkan cahaya bintang
yang terang di Betlehem), yang dipercaya sebagai tahun sesungguhnya kelahiran
Tuhan Yesus. ((Pope Benedictus XVI, Jesus of Nazareth: The
Infancy Narratives, kindle version, loc. 1097-1101))
Katolisitas.org