Sabtu, 21 Oktober 2017

Berjalan di belakang Yesus

Berjalan di belakang Yesus

Mari, ikutlah Aku “. Kalimat singkat ajakan Yesus itu telah mengubah hidup dua belas orang Galilea dan di kemudian hari ribuan juta orang lain di segala benua. Apa maksud ajakan itu?
            Di Matiud 4:19-20 tertulis : “Yesus berkata kepada mereka, ‘Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia’. Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikut Dia.”
            Ada dua kata yang berasal dari kata dasar yang sama dalam kutipan di atas, yaitu ikutlah di ayat 19 dan mengikuti di ayat 20. Sebenarnya Alkitab bahasa aslinya menggunakan dua kata yang berbeda. Di ayat 19 digunakan kata-kata deute opisoo mou yang berarti marilah di belakang-KU atau berjalanlah dibelakang-Ku. Sedangkan ayat 20 menggunakan kata ekolouthesan yang berarti mengikuti.
 Jadi ,ajakan Tuhan Yesus,”Mari,ikutlah Aku,” mempunyai arti yang bersifat khusus:”Mari berjalanlah dibelakang-Ku.” Tuhan Yesus memanggil Murid-Murid-Nya untuk berjalan di belakang-Nya. Apa arti berjalan di belakang seseorang ?
Dalam budaya Timur Tengah di zaman itu seorang murid secara harafiah memeng akan berada di belakang gurunya, baik pada waktu berjalan maupun pada waktu menunggang keledai. Sungguh tidak sopan baginya untuk berjalan di depan atau di sebelah gurunya. Tetapi ajakan Tuhan Yesus untuk berjalan di belakang-Nya tentu bukan dalam arti sempit.
Dalam pemikiran umat Israel di zaman perjanjian lama, mengikuti seseorang atau berjalan dibelakang seseorang mengandung arti mengiringi, menaati, mencintai, menyerahkan diri dan mengabdikan diri. Begitulah kita membaca tentang Elisa yang mengikuti nabi Elia (1 raja-raja 19:20), Rut yang mengikuti Naomi (Rut 1:14), mempelai wanita yang mengikuti mempelai pria (Yeremia 2:2), budak yang mengikuti Abigail (1 samuel 25:42). Di sini mengikuti seseorang berarti menyerahkan hidup kita kepada orang itu dengan segala akibatnya.
Memang, mengikuti atau berjalan di belakang seseorang pasti membawa dampak atau akibat. Hidup kita pasti akan berubah dan perubahan itu tergantung dari siapa yang kita ikuti. Misalkan kita mengikuti hidup seorang pendaki gunung. Pasti banyak hal yang berubah dalam hidup kita, tempat-tempat yang kita kunjungi, pergaulan kita, menu makanan kita, kegiatan sehari-hari kita, pakaian kita dan lainya, tetapi yang lebih mendasar lagi, gaya hidup kita akan berubah.
Sebenarnya segala aspek hidup kita akan berubah. Perubahan itu menjadi berbeda lagi, jika yang kita ikuti bukanlah seorang pendaki gunung, melainkan seorang pelaut, atau seorang musikus di kelap malam, atau seorang penyelundup narkotik, atau seorang biarawan.
Demikian juga halnya, jika kita mengikuti dan berjalan di belakang Tuhan Yesus. Hidup kita mau tidak mau akan berubah, karena Tuhan Yesus mempunyai gaya hidup yang sungguh unik. Cobalah telusuri gaya hidup Tuhan Yesus mulai dari gurun Yehuda, dari sana terus ke Galilea, kemudian ke Kapernaum, ke yerusalem, berjalan melintasi daerah Samaria, dengan perahu menyeberangi danau Genesaret, kemudian mengelilingi wilayah Galilea, dari sana menuju Kaisarea Filipi kemudian naik ke gunung Hermon, lalu Getsemani, lalu Golgota, lalu Emaus dan akhirnya perpisahan di Bukit Zaitun. Kemudian yang lebih penting lagi, cobalah telusuri apa yang diperbuat Tuhan Yesus di tempat-tempat itu, dengan siapa Ia berjalan kesana, siapa yang di jumpai-Nya, apa yang diperbuatnya , dan apa pula yang dikatakan-Nya.
Berjalan di belakang Tuhan Yesus dan mengikuti Dia keluar masuk desa dan kota, turun naik lembah dan bukit, melintasi gurun dan kebun anggur, mengamati segala sesuatu yang diperbuat-Nya dengan orang-orang disitu dan merenungkan segala sesuatu yang di ucapkan-Nya, pasti akan membuat kita terkesima: Yesus sungguh unik.
Memang, berjalan di belakang Tuhan Yesus akan menjadikan kita terkesima: prioritas hidup-Nya unik, keprihatinan hidup-Nya unik, dan oriantasi hidup-Nya pun unik. Oleh sebab itu dengan berjalan dibelakang Tuhan Yesus, mau tidak mau kita pun belajar mengubah apa yang perlu kita utamakan dalam hidup kita, lalu belajar memahami apa yang diutamakan Tuhan Yesus; mengubah apa yang perlu kita prihatinkan dalam hidup kita, lalu belajar merasakan apa yang diprihatinkan Tuhan Yesus; mengubah arah hidup kita, lalu belajar memegang arah hidup Tuhan Yesus. Dengan mengikuti Tuhan Yesus, mau tidak mau kita akan berubah. Sungguh janggal jika kita mengikuti Tuhan Yesus namun gaya hidup kita sama saja seperti semula.
Harap kita jangan salah paham. Perubahan bukanlah suatu tuntutan. Tuhan Yesus tidak menuntut agar kita berubah. Tuhan Yesus mengajak kita berjalan di belakang-Nya, dan jika kita berjalan di belakang-Nya, mau tidak mau kita akan berubah. Tuhan Yesus tidak menyruh kita berubah, melainkan mengajak kita berubah. Ajakan Tuhan Yesus, misalnya saja khotbah di Bukit, bukanlah merupakan petunjuk tentang bagaimana kita harus hidup, melainkan gambaran bagaimana kita akan hidup jika kita berjalan dibelakang Dia. Untuk berjalan di belakang-Nya, Tuhan Yesus tidak membebani kita dengan tuntutan, syarat, peraturan, suruhan atau larangan. Yang dilakukan Tuhan Yesus adalah mengajak. Ia mengajak kita untuk berjalan di belakang-Nya dan mengikuti Dia. Ajakan itulah yang perlu kita jawab. Sambil berjalan itu nanti kita akan terus mendengar dan melihat kepada-Nya, yaitu mendengar dan melihat prioritas, keprihatinan dan orientasi hidup-Nya. Itulah yang perlu kita lakukan. Berjalan di belakang-Nya.
Mungkin perjalanan ini akan susah dan berat. Mungkin perjalanan ini akan banyak rintangan dan penderitaanya. Tetapi kita tidak akan ditinggalkan Dia sehingga kita tidak akan berjalan seorang diri. Kita diajak berjalan terus, berjalan di belakang-Nya dan mengikut Dia. Selamat berjalan di belakang Dia. Selamat mengikut Dia.


            Dr. Andar ismail

Kamis, 12 Oktober 2017

Apakah Mormonisme itu ajaran sesat?

Pertanyaan: Apakah Mormonisme itu ajaran sesat?

Jawaban: 
Agama Mormon didirikan kurang dari 200 tahun lalu oleh seorang yang bernama Joseph Smith. Dia mengklaim telah menerima kunjungan pribadi dari Allah Bapa dan Yesus Kristus. Ia kemudian menyatakan semua gereja dan pengakuan imannya merupakan merupakan kekejian bagi Tuhan. 

Smith memperkenalkan agama baru, yang mengklaim sebagai “satu-satunya gereja yang benar di bumi ini.” Masalahnya, ajaran Mormonisme itu bertentangan dengan Alkitab; dengan memodifikasi dan mengembangkan Alkitab. 

Orang-orang Kristen tidak punya alasan untuk percaya bahwa Alkitab itu tidak benar dan tidak cukup. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada FirmanNya. Setiap ayat Alkitab itu diinspirasikan oleh Allah, yang berarti berasal dari Allah sendiri .
“ segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan  kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. “             (2 Timotius 3:16).

Para penganut Mormon percaya bahwa ada empat sumber firman yang diinspirasikan Allah, bukan hanya satu. 

1). Alkitab, “sejauh diterjemahkan dengan tepat.” Ayat-ayat mana yang dianggap sudah diterjemahkan dengan tidak tepat selalu tidak jelas. 

2) Kitab Mormon yang “diterjemahkan” oleh Smith dan diterbitkan pada tahun 1830. Smith mengklaim kitab ini sebagai “kitab yang paling benar” di dunia, dan dengan mengikuti aturan-aturannya orang dapat menjadi lebih dekat kepada Allah dibandingkan jika “mengikuti kitab-kitab lain.” 

3). The Doctrine and Covenants (Doktrin dan Perjanjian) dianggap oleh penganut Mormon sebagai kitab suci dan mengandung kumpulan wahyu modern yang berkaitan dengan Gereja Yesus Kristus yang telah dipulihkan.” 

4) The Pearl of the Great Price (Mutiara Yang Berharga) dianggap oleh para penganut Mormon sebagai “klarifikasi” doktrin dan pengajaran-pengajaran yang telah hilang dari Alkitab dan juga tambahan informasi mengenai penciptaan bumi. 

Penganut Mormon percaya hal-hal berikut ini tentang Allah: bahwa Allah tidak selamanya merupakan Mahkluk yang Tertinggi dalam alam semesta ini, namun Dia mencapai status itu melalui hidup yang benar dan usaha yang terus menerus. 

Mereka percaya Allah Bapa itu memiliki “tubuh dari darah dan daging yang persis sama dengan yang dimiliki oleh manusia.” Sekalipun kemudian ditinggalkan oleh pemimpin-pemimpin Mormon di zaman modern, Brigham Young mengajarkan bahwa Adam sebenarnya merupakan Allah dan bapa dari Yesus Kristus. 

Orang-orang Kristen mengetahui hal-hal berikut ini tentang Allah: hanya ada Satu Allah yang sejati. “Dengarlah ,hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita,TUHAN itu esa “(Ulangan 6:4,)

“Kamu inilah saksi-saksi-Ku” demikianlah firman TUHAN,” dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi.” ( Yesaya 43:10).

[6]Beginilah firman TUHAN, Raja dan penebus Israel, TUHAN semesta alam: “ Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku.

[7]Siapakah seperti Aku?Biarlah ia menyerukanya, biarlah ia memberitahukanya dan membentangkanya kepada-Ku!. Siapakah yang mengabarkanya dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukanya kepada kami!

 [8]Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu. Kamulah saksi-saksi-Ku! Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!” (Yesaya 44:6-8),

bahwa Dia ada untuk selama-lamanya (Ulangan 33:27; Mazmur 90:2; 1 Timotius 1:17), Dia tidak diciptakan, namun adalah Pencipta (Kejadian 1, Mazmur 24:1, Yesaya 37:16). 

Allah itu sempurna dan tidak ada yang setara denganNya (Mazmur 86:8, Yesaya 40:25). Allah Bapa bukanlah manusia dan tidak pernah menjadi manusia (Bilangan 23:19, 1 Samuel 15:29, Hosea 11:9). Allah itu Roh (Yohanes 4:24), dan Roh tidak terbuat dari darah dan daging (Lukas 24:39). 

Mormon percaya bahwa ada tingkatan atau kerajaan yang berbeda-beda setelah kematian: Kerajaan Langit , Kerajaan Bumi dan Kerajaan Bintang dan Kegelapan. Di mana orang akan berada setelah mati tergantung pada apa yang mereka percaya dan lakukan dalam hidup ini. 

Sebaliknya, Alkitab menyatakan bahwa setelah mati kita akan masuk Surga atau Neraka, tergantung pada apakah kita beriman pada Yesus atau tidak. Beralih dari tubuh ini berarti berada bersama dengan Allah (2 Korintus 5:6-8). Orang yang tidak percaya akan masuk ke Neraka, atau alam maut (Lukas 16:22-23). 

Ketika Yesus datang untuk kedua kalinya, kita akan menerima tubuh baru (1 Korintus 15:50-54). Akan ada Langit Baru dan Bumi Baru untuk orang-orang percaya (Wahyu 21:1) dan orang-orang yang tidak percaya akan dilemparkan ke dalam lautan api yang kekal (Wahyu 20:11-15). Tidak ada kesempatan lagi untuk penebusan setelah seseorang meninggal (Ibrani 9:27).

Para pemimpin Mormon mengajarkan bahwa inkarnasi Yesus itu merupakan hasil hubungan fisik antara Allah Bapa dan Maria. Mereka percaya bahwa Yesus memang Allah, karena setiap manusia juga dapat menjadi allah. 

Secara historis keKristenan mengajarkan Tritunggal/Trinitas dan Allah itu untuk selama-lamanya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:19). Tidak seorangpun dapat menjadi Allah, hanya Allah yang kudus (1 Samuel 2:2). 

Kita hanya dapat menjadi suci dalam pandangan Allah melalui iman kepadaNya (1 Korintus 1:2) Yesus merupakan satu-satuNya Anak Tunggal Allah (Yohanes 3:16) dan satu-satunya yang pernah hidup tanpa dosa, tanpa cacat cela, dan sekarang menduduki tempat yang paling terhormat di Surga (Ibrani 7:26). 

Yesus itu Allah, tapi juga Anak Allah. Yesus adalah Dia yang sudah ada sebelum dilahirkan secara fisik (Yohanes 1:1-8, 8:56). Yesus memberi diriNya kepada kita sebagai korban, dan Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan kelak setiap orang akan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:6-11). 

Yesus menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang masuk ke Surga melalui perbuatan baiknya sendiri, hanya dengan iman di dalam Dia barulah hal itu dimungkinkan (Matius 19:26). Dan banyak orang tidak akan memilih dia. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius 7:13). 

Kita semua pantas menerima hukuman kekal untuk dosa-dosa kita, namun kasih dan anugerah Allah yang tidak terbatas telah memberi jalan keluar kepada kita. “ Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

Sudah jelas bahwa hanya ada satu cara untuk menerima keselamatan, yaitu mengenal Allah dan PutraNya, Yesus (Yohanes 17:3). Bukan melalui perbuatan, namun melalui iman (Roma 1:17; 3:28). 

Ketika kita beriman, kita akan menaati hukum-hukum Tuhan dan meminta dibaptis karena mencintai Dia; bukan karena baptisan itu merupakan syarat untuk dianugerahi keselamatan. 

Kita menerima karunia ini bukan karena siapa kita atau apapun yang sudah kita lakukan (Roma 3:22). “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah 4:12).

Sekalipun penganut Mormon itu biasanya adalah orang-orang yang bersahabat, pengasih dan baik, mereka telah mengambil bagian dalam agama yang sesat yang mengubah natur Allah, Pribadi Yesus Kristus dan jalan keselamatan.


gotquesion