Selasa, 06 November 2018

Biarlah orang mati menguburkan orang mati


Biarlah orang mati menguburkan orang mati


Siapa akan menyangka bahwa ucapan itu akan muncul dari mulut Tuhan Yesus. Ucapan itu terdengarnya sangat kasar. Coba bayangkan ketika kita sedang ditimpa kedukaan karena kematian sang ayah. Dengan rasa sedih kita menyiapkan penguburan jenasahnya sebagai tanda cinta terakhir yang dapat kita perbuat untuk sang ayah. Tetapi seseorang berkata, “ mau apa kamu mengurus orang yang sudah mati? “ kita  pasti tersinggung mendengar ucapan itu.
Dan itulah ucapan Tuhan Yesus seperti yang dicatat oleh Matius: ‘’ Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka’’ [ Mat 8:22], dan Lukas : ‘’ Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah di mana-mana. ‘’ [Luk 9:60]
Sebenarnya, ucapan Tuhan Yesus bagi telinga orang Yahudi pada zaman itu tidaklah terasa kasar, sebab ucapan itu berasal dari peribahasa ibrani yang berbunyi: ‘’ seperti membiarkan orang mati menguburkan orang mati. ‘’ perbuatan itu berarti perbuatan yang sangat tidak bertanggung jawab; sebab dalam masyarakat yahudi mengurus pemakaman merupakan suatu tanggung jawab kepada keluarga dan komunitas. Melakukan pemakaman secara baik dinilai penting. Tidak akan ada anak dalam masyarakat Yahudi yang akan menelantarkan pemakaman orangtuanya. Sebagai anggota komunitas Yahudi, Tuhan Yesus tahu betul adat yang berlaku dalam hal ini: penguburan orang yang meninggal adalah perkara yang sangat penting. Lalu disini Tuhan Yesus berkata, “ ikutlah Aku, biarlah orang mati menguburkan orang mati.”  Maksudnya: menguburkan orang mati adalah sangat penting, dan mengikut Yesus adalah lebih penting lagi. Dengan perkataan lain, mengikut Yesus adalah urusan yang lebih penting dari urusan yang paling penting.
Jadi, di sini Tuhan Yesus sama sekali bukan bermaksud  agar orang itu menelantarkan pemakaman  ayahnya. Orang itu perlu memakamkan ayahnya dengan penuh khitmat dan hormat. Kalau pemakaman itu begitu bermakna, hendaklah diketahui bahwa mengikut Yesus mempunyai makna yang lebih besar lagi. Mengikut Yesus tidak boleh dianggap sepele, sebab mengikut Yesus adalah perbuatan yang berada diatas perbuatan yang paling penting dalam hidup seorang Yahudi, yaitu menguburkan jenazah ayahnya.
Ucapan lain yang sejajar dengan itu, yang hanya terdapat daam injil Lukas, adalah “ setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh kebelakang, tidak layak untuk kerajaan Allah.” [Luk 9:62]. Ucapan ini pun termasuk “ucapan peribahasa” (proverbial saying) Yesus. Pada zaman itu ada peribahas ibrani yang berbunyi, “seperti orang yang membajak dan menoleh kebelakang” artinya melakukan sesuatu tidak dengan sepenuh hati. Dengan peribahasa itu Tuhan Yesus menanggapi orang yang  berkata, “aku akan mengikut Engkau Tuhan , tetapi ijinkanlah aku berpamitan dahulu dengan keluargaku” (Luk 9:61). Di sini Tuhan Yesus bukan melarang orang itu berpamitan. Yang dikemukakan dalam jawab Yesus: mengikut Yesus bukan perbuatan yang bisa dilakukan dengan setengah-setengah.
Memang tidak selalu mudah memahami ucapan Tuhan Yesus, lebih-lebih lagi ucapa-Nya yang termasuk “ucapan peribahasa”. Orang itu bertanya tentang menguburkan ayahnya, tetapi Tuhan Yesus tidak menjawab pertanyaan itu,melainkan dengan menggunakan sebuah peribahasa tentang menguburkan ayah, Yesus menekankan tingginya nilai mengikut Dia. Orang lain bertanya tentang pamitan, tetapi Tuhan Yesus tidak menjawab pertanyaan itu, melainkan dengan menggunakan peribahasa tentang pembajak ladang, Yesus menekankan tentang kesungguhan hati dalam mengikut Dia.
Ada kemungkinan bahwa orang membaca kedua ucapan itu dengan mengira bahwa Tuhan Yesus menuntut ketaatan yang radikal. Sebenarnya, pokok bahasan disini bukanlah tentang ketaatan yang radikal, melainkan kesungguhan yang radikal. Kedua ucapan itu menantang kesungguhan para pengikut: apakah kita mengikut Yesus dengan kesungguhan? Apakah mengikut Yesus kita tempatkah sebagai perkara yang paling utama, sehingga pikira, perkataan dan perbuatan kota mengikuti jejak Yesus?
Kesungguhan dalam mengikut Yesus, juga dikemukakan-Nya dalam ucapan yang lain. Di Matius 10:37 tercatat, “barang siapa mengsihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Ucapan itu dirumuskan lebih keras oleh Lukas: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:26).
Sama sekali bukan maksud Yesus agar orang membenci orangtua dan keluarganya. Hal ini sungguh bertentangan dengan perbuatan Yesus sendiri.  Sampai detik-detik terakhir dalam hidup-Nya ia masih memikirkan kesejahteraan ibu-Nya.Yesus prihatin tentang siapa yang akan merawat ibu-Nya setelah Ia disalibkan; sebab itu Ia menitipkan ibu-Nya kepada Yohanes ( Yoh 19:26-27). 
Ucapan yang dicatat Matius dan Lukas ini termasuk “ucapan berlebihan “ (exaggerated saying) yang digunakan untuk menonjolkan pesan secara mencolok. Budaya Yahudi sangat bersifat komunal dan menjunjung tinggi kuatnya pertalian keluarga, baik dengan kerabat sedarah maupun kerabat nikah. Setiap orang terikat kepada komitmen kekerabatan. Komitmen itu antara lain tampak pada adat bahwa seorang adik laki-laki harus menikah dengan istri kakaknya jika kakaknya meninggal dunia.
Lalu dengan ucapanya itu, Tuhan Yesus memberi pesan bahwa di atas komitmen kekerabatan yang sangat tinggi tersebut masih ada komitmen yang lebih tinggi lagi, yaitu komitmen orang yang mau berjalan dibelakang Yesus.
Berjalan dibelakang Yesus memang merupakan keputusan yang menentukan dan perbuatan yang mempengaruhi eluruh kehidupan kita. Mengikut Yesus adalah lebih luhur dari apa yang selama ini kita hargai sebagai hal yang paling luhur, yaitu menghormati orangtua dan mencintai keluarga kita. Mengikut Yesus meminta komitmen dan kesungguhan melebihi segala komiten dan kesungguhan yang sedang kita jalani selama ini.

Selamat mengikut Yesus



Dipetik dari 33 renungan tentang kristus oleh Dr.Andar ismail


Tidak ada komentar:

Posting Komentar